1.1 Latar Belakang
Dengan mengetahui kondisi geologi, suatu wilayah
dapat dikembangkan dan ditata secara bijaksana, sehingga secara
optimal dapat memberikan kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan kepada para
penghuninya, baik manusia maupun makhluk hidup yang lain secara
berkesinambungan.
Untuk dapat
mengetahui kondisi geologi di suatu daerah, ahli geologi harus memiliki dasar
geologi yang kuat, menyeluruh dan terintegrasi, serta mampu memanfaatkan
pengetahuan dasar tersebut untuk melakukan pemetaan geologi.
Pemetaan juga merupakan hal yang sangat dasar tetapi
sangat krusial untuk seorang geologist.
Karena pada dasarnya, peta merupakan nyawa dari ilmu geologi. Tanpa peta, baik
peta dasar maupun peta geologi, seorang geologist
tidak akan dapat melaksanakan tugasnya seperti eksplorasi atau lain sebagainya.
Pemetaan itu sendiri berarti memetakan suatu daerah menjadi peta yang berisi
berbagai informasi geologi yang dibutuhkan seperti satuan batuan yang berada di
bawah permukaan atau sumber daya energy yang terkandung didalamnya.
1.2 Tujuan
·
Untuk mengetahui yang
dimaksud dengan pemetaan geologi
·
Untuk mengetahui macam-macam
peta geologi
·
Untuk mengetahui metode
pemetaan geologi
·
Untuk mengetahui
peralatan yang digunakan dalam metode pemetaan geologi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan
informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan
berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan
susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur
geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.
Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa
alterasi mineral.
Hakekat
pernetaan geologi adalah menampilkan segala macarn kondisi geologi yang ada di
lapangan (yang bersifat tiga dimensionil) ke dalam peta (yang bersifat dua
dimensionil). Gejala geologi yang nampak di lapangan terutama adalah batuan,
urutan batuan, struktur batuan serta bangun bentang alam yang dibangun oleh
batuan tersebut.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat
tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan
peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang
diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi
oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta
1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d
penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.
Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi
singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta
penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.
Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan
singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji
sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi
dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.
2.2 Macam-macam Peta
Geologi
Peta Geologi adalah suatu peta tematik yang menggambarkan kondisi geologi
suatu daerah. Peta tersebut merupakan hasil dari proses pemetaan geologi.
Pemetaan geologi adalah suatu kerja lapangan yang memanfaatkan metode geologi
lapangan untuk menghasilkan Peta Geologi dari daerah tersebut.
Peta geologi dapat dibedakan atas
dua, yaitu:
1. Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan
data geologi pada peta dasar topografi atau batimetri.
2. Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan
informasi geologi dan/atau potensi sumber daya mineral dan/atau energi untuk
tujuan tertentu.
Suatu Peta
Geologi dibuat dengan berbagai variasi, sesuai dengan kondisi medan, tujuan
utama pemetaan serta ketentuan umum pemetaan yang berlaku di instansi dimana
pemeta bekerja. Walaupun variasi itu besar, namun dalam suatu peta geologi ada
komponen-komponen utama yang bersifat universil. Komponen tersebut adalah :
a. Judul Peta
Judul Peta
mencakup :
·
Nama daerah.
·
Skala peta, sebaiknya skala angka
maupun skala grafis.
·
Nama penyusun Instansi penerbit.
·
Tahun penerbitan peta tersebut. Untuk
peta yang tidak diterbitkan, dicantumkan tahun dimana laporan pernetaan
tersebut dianggap selesai.
b. Penyebaran
Satuan-Satuan Peta :
·
Umumnya adalah Satuan Batuan, baik
resmi (Formasi, Anggauta) maupun tak resmi (Satuan A, Satuan B).
·
Setiap Satuan diberi tanda atau warna
atau kombinasi tanda dan warna khusus, biasanya berkait dengan batuan penyusun
utamanya.
·
Dua satuan yang berdekatan berbatasan
yang dinyatakan dengan garis batas, baik berupa batas tegas (garis menerus)
maupun batas diperkirakan (garis putus-putus).
c. Penyebaran unsur geologi yang berupa
bidang :
· Unsur geologi
yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, aliran lava, sisipan batubara) yang
mempunyai kedudukan mendatar (horisontal) atau kemiringan yang kecil (kurang
dari 9° ) pola penyebarannya akan sejajar mengikuti garis kontur.
· Unsur yang
mempunyai kemiringan antara 10° hingga 79° , pada daerah
lembah penyebarannya akan membentuk huruf V dengan arah meruncing mengikuti
arah kemiringan perlapisan tersebut.
· Unsur geologi
yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, dike, sesar, urat kuarsa) yang
mempunyai kedudukan tegak (vertikal) atau kemiringan yang besar (lebih besar
dari 80° ) pola penyebarannya akan merupakan garis lurus, memotong
garis kontur.
d. Penyebaran tanda-tanda struktur.
Tanda struktur
disini dapat berupa :
· Tanda jurus
& kerniringan : perlapisan batuan sedimen, foliasi (pada batuan metamorf).
· Tanda jurus
& kemiringan kekar dan sesar.
· Tanda sesar,
baik sesar turun, sesar naik, sesar sesar mendatar. Tanda tersebut dapat
bersifat sesar pasti (garis menerus), sesar diperkirakan (garis putus-putus)
maupun sesar tertimbun air atau sedimen muda (titik-titik).
· Tanda
perlipatan antiklin dan sinklin, perlu disertakan arah penunjamannya.
e. Legenda atau
Keterangan
Legenda atau
keterangan biasanya ditaruh disamping atau di bawah peta geologi. Pada Legenda
diberikan :
· Penjelasan
tentang warna atau tanda yang dipakai pada Peta Geologi.
· Urutan
stratigrafi dari satuan yang ada di peta disusun secara superposisi.
· Hubungan antar
satuan, ditunjukkan terutama mana yang merupakan hubungan tidak selaras.
Di bawah
Legenda warna atau tanda diberikan Legenda tentang simbul struktur maupun simbul
gejala geologi lain yang ada di Peta Geologi.
f. Indeks lokasi
daerah pemetaan :
· Indeks
geografis/administratif.
· Indeks terhadap
lembar peta yang berdampingan (adjoining sheets).
g. Beberapa profil
:
· Dibuat memotong
Satuan Peta dan struktur terbanyak.
· Arahnya sedapat
mungkin tegak lurus jurus perlapisan atau sumbu lipatan.
· Sebaiknya
lurus, kalau harus berbelok, sudut pembelokannya tidak lebih dari 30°
2.3
Metode Pemetaan Geologi
1.
Observasi dan Pengamatan
Secara umum, pekerjaan pemetaan geologi lapangan mencakup
observasi dan pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur
kedudukan batuan, mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan,
membuat catatan pada buku lapangan dan mem-plot data geologi hasil pengukuran keatas peta
topografi (peta dasar).
Singkapan
Informasi-informasi
geologi permukaan pada umumnya diperoleh melalui pengamatan (deskripsi)
singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari
tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat
adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat
ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai
tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :
1.
Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.
2.
Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.
3.
Pada dinding
lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
4.
Pada bukaan-bukaan
akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada
parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain
:
1.
Pengukuran jurus
dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.
2.
Pengukuran dan
pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.
3.
Pemerian
(deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik,
tekstur, mineral-mineral
utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi
endapan.
Lintasan (traverse)
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan
lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan.
Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti
kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang
direncanakan tersebut efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai
atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan
dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan
lintasan-lintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat
mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan
lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang
tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik
akhir sama).
Namun yang perlu
(penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari
lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan
litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan
yang dikenal sebagai lintasan kompas dan pengukuran penampang stratigrafi.
Lintasan kompas (measured section
atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi)
di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan
untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau
mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi
dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat
informasi litologi keseluruhan wilayah.
Interpretasi dan
informasi data
Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan
pemetaan geologi/alterasi antara lain :
1.
Posisi atau letak
singkapan (batuan, urat, atau batubara).
2.
Penyebaran, arah,
dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.
3.
Penyebaran dan pola
alterasi yang ada.
4.
Variasi, kedudukan,
kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).
5.
Struktur geologi
yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.
6.
Informasi-informasi
pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik dan hidrologi.
7.
Bangunan-bangunan,
dll.
Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar
geologi perlu diperhatikan, antara lain :
1.
Efek fisiografis ;
berhubungan dengan topografi dan morfologi.
2.
Zona-zona
mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan, dan
zona (penyebaran) alterasi.
3.
Aspek stratigrafi
dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi, dan
proses sedimentasi.
4.
Aspek struktur ;
berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar,
kelurusan-kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan
manfaat antara lain :
1.
Daerah (zona)
pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).
2.
Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
3.
Pekerjaan
eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat dihindarkan (efisiensi).
4.
Daerah-daerah yang
belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti.
Catatan hasil
observasi lapangan biasanya dibuat dengan
menggunakan terminologi deskripsi batuan yang baku terutama dalam
penamaan batuan. Tatanama batuan dan pengelompokkan satuan batuan harus mengikuti aturan Sandi Stratigrafi.
Pada dasarnya, peta geologi disusun dan diolah di lapangan melalui
kegiatan lapangan, kemudian
disempurnakan setelah dibantu dengan hasil analisa di laboratorium (petrologi /
petrografi, paleontologi, radiometri dsb), analisa struktur dan studi literatur
dan data sekunder.
Semua hasil pekerjaan lapangan yang
berupa hasil pengukuran kedudukan batuan, lokasi-lokasi singkapan batuan dan
unsur-unsur geologi lainnya harus diplot pada peta dasar dan pekerjaaan
analisis terhadap hubungan antar batuan atau satuan batuan juga harus dilakukan
dan dipecahkan di lapangan. Hal-hal yang tidak dapat dikerjakan dan dilakukan
di lapangan, seperti misalnya analisa paleontologi, analisa petrografi, maupun
analisa sedimentologi, maka diperlukan pengambilan contoh batuan guna keperluan
analisis di laboratorium.
Hasil akhir dari suatu pemetaan geologi lapangan
adalah suatu peta geologi beserta penampang geologinya yang mencakup uraian dan
penjelasan dari bentuk bentuk bentang alam atau satuan geomorfologinya, susunan
batuan atau stratigrafinya, struktur geologi yang berkembang beserta gaya yang
bekerja dan waktu pembentukannya dan sejarah geologinya.
Langkah-langkah
Pelaksanaan Pemetaan
1.
Persiapan : pengetahuan
dasar, ATK, peta, formulir kerja, buku lapangan, palu, kompas, loupe, HCL,
kantong sample, dan peralatan pribadi.
2.
Kerja lapangan :
lakukan metode pemetaan seperti orientadi lapangan, lintasan kompas dan pita
ukur. Deskripsi singkapan batuan yang ada, hitung kekar dan sesar (apabila
ada).
3.
Kerja studio :
dilakukan di laboratorium untuk analisis petrografi, analisis fosil, dll
setelah itu susun laporan pemetaan.
Berikut merupakan Metode Pemetaan Geologi berdasarkan Observasi dan
Pengamatan :
JENIS
|
CARA
|
KELEBIHAN
|
KEKURANGAN
|
LAIN-LAIN
|
Metode Orientasi Lapangan
|
Ø Plotting
stasiun pengamatan berdasarkan orientasi terhadap sungai, gunung, bukit dan
lain-lain, sebagai patokan yang mudah dikenal dilapangan
Ø Mengandalkan
peta topografi dan titik patokan yang mudah dikenal
|
Ø Lintasan
bebas
Ø Cepat
Ø Baik
pada lahan berbukit-bukit dan jarang tanaman
Ø Sebagai
peta tinjau untuk pemeriksaan lapangan
|
Ø Ketelitian
kurang
Ø Hasil
plotting sulit dicek kembali
Ø Peta
topografi biasanya terbitan lama, sedang di lapangan banyak nama tempat baru
atau kondisi sudah berubah
Ø Tidak
terencana secara matang
|
|
Metode Lintasan Kompas
|
Ø Lintasan
direncanakan terlebih dahulu. Dikontrol oleh kompas dan peta rencana lintasan
Ø Plotting
dan pengamatan sesuai lintasan
|
Ø Lintasan
bisa “potong kompas”
Ø Lebih
cepat
Ø Kaya
akan titik stasiun
Ø Ploting
cukup teliti
Ø Mudah
dicek
|
Ø Tetap
bergantung kepada peta dasar
Ø Kerja
terikat oleh rencana lintasan
|
|
Metode Kompas dan Pita Ukur
|
Ø Rencanakan
lintasan sebelum ke lapangan
Ø Pilih
lintasan sebaiknya tegak lurus strike
Ø Tiap
stasiun bersinambungan
Ø Data
dicatat pada formulir khusus
Ø Yang
diukur:
Strike/dip
lapisan batuan, azimut, slope, jarak antar stasiun pengamatan singkapan.
|
Ø Teliti,
efektif dan efisien
Ø Arah
lintasan bebas
Ø Data
terpercaya
Ø Tidak
usah tergantung kepada peta topografi, malah bisa membuat peta topografi
Ø Mudah
dicek
|
Ø Pekerjaan
relatif lama
Ø Peralatan
harus lengkap
Ø Dikerjakan
minimal 2 orang (tetapi lebih baik lagi jika 3 orang)
|
Manfaat lain :
Ø Data
dapat dipakai membuat lintasan terukur
Ø Membuat
penampang stratigrafi
Ø Mendapat
peta lintasan kunci
Ø Membuat
peta topografi
|
Langkah-langkah
yang dilakukan saat dilapangan dan menyusun peta :
Peta Kerangka Geologi
·
Pada peta dasar plot
semua singkapan batuan dari tiap statsiun pengamatan lengkap dengan symbol
litologi dan besaran strike/dip lapisan batuan sedimen.
·
Plot nomor statsiun
yang sudah di dapat koordinatnya pada peta dasar
·
Plot semua singkapan
elemen struktur geologi (singkapan sesar) lengkap dengan deskripsinya yang
ditulis pada keterangan
·
Setiap singkapan sesar
memiliki datanya sendiri. Lalu olah sesar tersebut termasuk ke dalam sesar apa
·
Lanjutkan dengan
membuat peta kerangka geologi, sambungkan lintasan antar semua statsiun. Peta
ini disiapan untuk membuat peta jurus perlapisan
Kolom Stratigrafi
·
Kelompokan semua
singkapan batuan sejenis dan seposisi stratigrafi
·
Membuat oenampang
geologi setelah peta pola jurus perlapisan batuan selesai, juga buat peta geologi
sebagai draft
·
Gunakan prinsip hukum
superposisi dengan melibatkan strik/dip lapisan batuan dan kemiringan lereng
·
Susun kolom stratigrafi
dari tiap satuan batuan dan hubngan pengendapannya masing-masing
·
Cek dengan fosil dari
sampel masing-masing yang telah diidentifikasikan dan ditentukan usianya dari
lab
Peta Pola Jurus
Perlapisan Batuan
·
Pada peta dasar
tersendiri, plot semua symbol strike/dip dengan besaran angka pengukurannya
dari semua singkapan batuan dan struktur geologi (sesar-sesar)
·
Tiap kelompok singkapan
batuan sejenis ditandai dengan pola jurus masing-masing lalu oleh kontur-kontur
garis strike yang saling sejajar sesamanya
·
Salah satu kontur
strike dapat berfungsi sebagai batas antar satuan-satuan batuan yang
berhubungan selaras
·
Pada perubahan facies,
yang dinyatakan sebagai hubungan lateral jari-jemari, melidah, membaji, shale
out, dll. Kontur saling sejajar sesamanya dan memotong batas facies, kemudian
menerus sejajar dengan kontur-kontur pada satuan batuan disampingnya.
·
Bila hubungan antar dua
satuan batuan tidak selaras, maka kontur memotong batas satuan
·
Atau apabila kontur
dari satuan batuan yang lebih tua dipotong oleh kontur dari satuan batuan yang
lebih muda
·
Bila hubungannya
sebagai paraconformity, maka kontur dari kedua satuan batuan masih bisa saling
sejajar
·
Bila ada sesar naik,
maka kontur bisa menghilang dibawah sesar (puncak antiklin yang
tersesar-naikkan bisa berimpit atau berada dibawah sesar tersebut)
·
bila ada sesar mendatar
(dekstral atau sinistral), maka kontur terpotong oleh sesar tsb dan di
sebelah-menyebelah sesar itu kontur akan membentuk drag fold (lipatan
seretan).
·
Untuk satuan batuan
yang tidak berlapis (e.g. aneka breksi, batuan beku, batugamping, dsb) kontur
tidak bisa ditarik.
·
Dari Peta pola jurus
perlapisan batuan diperoleh batas-batas satuan batuan dan pola sebaran
kontur-kontur bernilai jurus/ kemiringan masing-masing dari tiap satuan batuan
tersebut.
·
Peta ini menjadi dasar
rekonstruksi geolo-gi untuk memperoleh
:
1.
Peta Geologi,
2.
Penampang Geologi
Peta Geologi
·
Buat peta geologi
berdasarkan peta pola jurus perlapisan batuan : batas-batas tiap satuan batuan
jelas, sumbu lipatan dan sesar-sesar juga jelas,
·
Buat penampang
geologi, gunakan metode busur
·
Judul, legenda,
deskripsi tiap satuan batuan, peta indeks, dsb., disesuaikan dengan standard
Peta Geomorfologi
·
Tiap satuan peta jelas
faktor-faktor pembatasnya ; batuan, pola deformasi, bentuk topografi
permukaan
·
Kaji benar-benar relevansinya
dengan peta geologi agar anda dapat menjelas-kannya secara ilmiah kaitan bentuk
morfologi dengan penyebaran satuan batuan, dengan pola sesar, lipatan , dsb.
2. Potret Udara
Pemetaan
geologi dapat juga dilakukan dengan bantuan potret udara sebagai peta dasarnya.
Untuk kepentingan pemetaan, potret udara yang diperlukan adalah potret udara
yang saling overlap. Dengan mempergunakan stereoskop, maka kenampakkan 3
dimensi dari daerah yang akan dipetakan dapat diperoleh.
2.4
Peralatan Metode Pemetaan Geologi
1.
Palu (hammer) geologi dan Betel (chisel)
a. Pick point, digunakan secara umum untuk
memecah litologi beku dan metamorf. Bentuk ujung palunya runcing.
b. Chisel point, digunakan untuk memecah litologi
sedimen. Bentuk ujung palunya pipih
c. Crack point, digunakan untuk memecah litologi
yang tidak dapat dihancurkan oleh kedua jenis palu di atas. Menyerupai palu
godam
d. Betel, digunakan sebagai alat bantu
apabila litologi yang dipecah tidak hancur, hanya memberikan efek retakan.
Dengan betel, retakan tadi kemudian dengan menggunakan palu dan betel lalu
dipisahkan dari batuan sumbernya.
2.
Kompas dan Klinometer
Jenis – jenis kompas yang digunkan dalam pemetaan geologi
antara lain:
a. Kompas Finnish Suunto sejenis
dengan kompas Swedish Silva Ranger 15 TDCL, dapat digunakan
untuk mengukur kedudukan batuan (strike dan dip), tidak
dapat digunakan untuk penetuan sudutbearing.
b. Kompas American Brunton,
dapat digunakan untuk mengukur kedudukan batuan (strike dan dip),
penentuan sudut lereng, tidak dapat digunakan untuk penetuan sudut bearing.
c. Kompas Swiss Meridian,
d. Kompas French Chaix –
Universelle.
Jenis
kompas lain, yaitu:
a. Kompas Japanese
Lensatic, dengan garis tepi yang baik digunakan untuk mengukurstrike (beberapa
jenis kompas ini memiliki klinometer) dan cara pembacaannya seperti kompas –
kompas jenis prismatik.
b. Kompas British Army
Prismatic, sangat akurat, sempurna dalam pengambilan sudut bearing,
namun harganya sedikit mahal dan tidak memiliki sisi samping.
c. Kompas Swiss Meridian
Bearing.
d. Kompas Swedish Silva
prismatic No. 54.
e. Japanese Universal Clinometer made by Nihon Chikagasko
Shaco, Kyoto
Pembagian
derajat kompas
Pembagian
derajat kompas secara umum terbagi manjadi dua, yaitu
1. Pembagian derajat kompas 360 (derajat) dan
2. Pembagian derajat kompas 400 (grads)
Klinometer digunakan sebagai alat
kalibrasi kompas. Dengan klinometer kemiringan batuan dapat ditentukan.
Bagain
– bagian klinometer, yaitu:
a.
Rabone adjustable spirit level.
b.
Home-made clinometer.
c.
Burgess ‘level and angle indicator’.
d.
Abney hand-level, dapat juga digunakan sebgai
klinometer.
e.
Abney hand-level dengan 50 disetiap
sayapnya, baik digunakan dalm pengukuran liniasi.
3.
Lensa Tangan
Lensa digunakan di lapangan sebagai alat bantu yang
mempermudah seorang ahli geologi dalam melakukan determinasi lapangan terhadap
conto litologi atau tanah yang dijumpai di lapangan.
4.
Peta Lokasi Penelitian
Peta lokasi penelitian sangat penting untuk dibawa ke
lapangan. Peta lokasi penelitian berguna sebagai alat untuk merekam data selama
pengambilan data lapangan berlangsung. Jauhkan banda ini dari bahaya air dan
segala sesuatu yang dapat membuat media perekam data ini rusak atau hilang.
5.
Notebook Lapangan
Notebook lapangan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
alat – alat lapangan seperti peta lokasi penelitian, alat tulis – menulis dan
sebagainya.
6.
Peralatan GPS, untuk penentuan koordinat secara
otomatis.
7.
Larutan asam chlorida (HCl) secukupnya isikan pada botol
yang praktis dipakai, tidak mudah pecah maupun tumpah, contohnya botol plastik
bekas tempat obat mata.
8.
Pita ukur dari logam atau plastik 2 atau 3
meter
9.
Kantong-kantong plastik untuk tempat contoh batuan
10.
Kamera, untuk metode potret udara.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Pemetaan
geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi
·
Peta geologi dapat dibedakan atas dua, yaitu: Peta geologi sistematik dan Peta geologi tematik
·
Metode
Pemetaan Geologi terbagi berdasarkan observasi dan pengamatan serta potret
udara. Berdasarkan observasi dan pengamatan dapat dibagi menjadi orientadi
lapangan, lintasan kompas dan pita ukur
Alat yang digunakan
dalam proses pemetaan geologi yaitu palu (hammer),
kompas dan klinometer, lensa tangan, peta lokasi penelitian, notebook lapangan,
peralatan GPS, larutan asam
chlorida, pita ukur, dan kantong-kantong plastik.
3.2 Saran
·
Diharapkan semakin
banyak ditemukan metode pemetaan geologi dari penelitian-penelitian yang
dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://geoenviron.blogspot.com/2012/01/pemetaan-geologialterasi.html
http://semangatgeos.blogspot.com/2011/11/kelebihan-dan-kekurangan-metode.html
http://unhasgeology.blogspot.com/2011/05/dasar-dasar-perpetaan-dan-pemetaan.html
https://www.academia.edu/6756866/Metode_Pemetaan_Geologi
0 komentar:
Post a Comment