Menurut Mc. Kinstry H.E :
Teknik Eksplorasi Tambang merupakan Suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan urutan pekerjaan mulai dari pencarian suatu prospek (reconnaissance) sampai evaluasi dari prospek tersebut dan memperluas lokasi lain di sekitar daerah yang telah dilakukan kegiatan penambangan.
Menurut Alan M. Bateman :
Teknik Eksplorasi Tambang merupakan suatu kegiatan yang bertujuan akhirnya adalah penemuan geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis.
Eksplorasi yang tidak memasukkan pekerjaan prospeksi dikemukakan oleh Peel dan W.C. Petters:
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan bahan galian tersebut ditemukan dan bertujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk kedudukan, sifat dan nilai dari ekonomi bahan galian tersebut.
Sketsa kegiatan penambangan ada pada gambar Sebagai berikut :
1.1. Berdasarkan posisi melakukan prospeksi baik pendahuluan maupun detil dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Air bone : terlebih dahulu dilakukan recoqnition flight, kemudian pengukuran dengan magnometer, dengan radiometer atau dgn pengukuran dgn gelombang elektromagnetis. Berdasarkan ketinggian terbang maka dibagi menjadi 2 yaitu : Highlevel flight (liputan lebih luas) low level flight (liputannya sempit).
2. Carborne : Prinsipnya sama dgn diatas, dedektor yang digunakan bisa lebih berat/lebih sensitif, dedektor dipasang pd kendaraan dan sejajar dgn gerak kendaraan.
3. Manual : Lebih sering digunakan, dilakukan dengan :
- Penyelidikan singkapan (Out Crop) : Dilakukan dgn cara mencari singkapan – singkapan vein, badan bijih atau batuan. Pembawa bijih yang berada di lembah sungai sampai pada bukit.
– Penjajakan float (tracing Float) : Potongan bijih dari penghancuran singkapan akan tertransportasi ketempat yang lebih rendah, penyelidikan dilakukan dgn jalan kaki dari hilir ke hulu, bentuk ukuran float dapat dalam memperkirakan jarak tempuh float tersebut.
– Tracing dgn panning : Untuk ukuran yang halus dapat dilakukan dengan panning (pendulangan).
– Pembuatan parit : Hanya bermanfaat pada tanah penutup yang relatif tipis (kurang dari 2m) Dibuat tegak lurus dengan strike badan bijih.
– Pembuatan sumur uji (Test Pitting) : Bila pembuatan parit tidak sampai badan bijih maka dibuat sumur uji, sumur uji ini dibuat searah dengan parit/tegak lurus (strike badan bijih),
– Eksplorasi Pendahuluan hanya meliputi kegiatan evaluasi hasil prospeksi untuk dapat memperkirakan nilai ekonomis dari Ekonomi bahan galian, eksplorasi detail Menggunakan peta skala 1 : 1000 / 1 : 200 yang dapat digunakan untuk pemetaan bawah permukaan.
– Penjajakan float (tracing Float) : Potongan bijih dari penghancuran singkapan akan tertransportasi ketempat yang lebih rendah, penyelidikan dilakukan dgn jalan kaki dari hilir ke hulu, bentuk ukuran float dapat dalam memperkirakan jarak tempuh float tersebut.
– Tracing dgn panning : Untuk ukuran yang halus dapat dilakukan dengan panning (pendulangan).
– Pembuatan parit : Hanya bermanfaat pada tanah penutup yang relatif tipis (kurang dari 2m) Dibuat tegak lurus dengan strike badan bijih.
– Pembuatan sumur uji (Test Pitting) : Bila pembuatan parit tidak sampai badan bijih maka dibuat sumur uji, sumur uji ini dibuat searah dengan parit/tegak lurus (strike badan bijih),
– Eksplorasi Pendahuluan hanya meliputi kegiatan evaluasi hasil prospeksi untuk dapat memperkirakan nilai ekonomis dari Ekonomi bahan galian, eksplorasi detail Menggunakan peta skala 1 : 1000 / 1 : 200 yang dapat digunakan untuk pemetaan bawah permukaan.
Penggolongan Bahan Galian :
1. UU no. 11 tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan (pada bab II mengenai Penggolongan dan Pelaksanaan penguasaan Bahan galian dibagi menjadi 3 Yaitu ;
Golongan Bahan galian strategis (A), Vital (B), Tidak masuk Golongan A dan B. penggolongan ini didasarkan pada pentingnya bahan galian tersebut bagi negara.
2. Peraturan Pemerintah No. 27 th 1980, penggolongan ini didasarkan pada :
– Nilai strategis / ekonomis bahan galian terhadap negara,
– Terdapatnya Bahan Galian Dalam alam (genesa),
– Penggunaan bahan galian Terhadap industri,
– Pengaruh terhadap kehidupan rakyat banyak,
– Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan,
– Penyebaran pembangunan di daerah.
– Nilai strategis / ekonomis bahan galian terhadap negara,
– Terdapatnya Bahan Galian Dalam alam (genesa),
– Penggunaan bahan galian Terhadap industri,
– Pengaruh terhadap kehidupan rakyat banyak,
– Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan,
– Penyebaran pembangunan di daerah.
Penggolongan ini dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Golongan Bahan Galian strategis (A) : Minyak bumi, lilin bumi, bitumen, gas alam. Bitumen padat , aspal, antrasit, batubara, uranium, rhadium,nikelt, kobalt, timah.
b. Golongan Bahan Galian Vital (B) ; Besi, mangan, bauksit ,tembaga, emas, platina, perak, arsen, antimon, bismut, yurium, kriolit,barit, yodium, brom,belerang.
c. Golongan Bahan Galian Tidak A dan B : Nitrat, asbes, talk, mika, grafit, yarosit, leusit , tawas, oker, batu permata, kaolin, kwarsa
b. Golongan Bahan Galian Vital (B) ; Besi, mangan, bauksit ,tembaga, emas, platina, perak, arsen, antimon, bismut, yurium, kriolit,barit, yodium, brom,belerang.
c. Golongan Bahan Galian Tidak A dan B : Nitrat, asbes, talk, mika, grafit, yarosit, leusit , tawas, oker, batu permata, kaolin, kwarsa
Klasifikasi endapan bahan Galian : diperlukan untuk menentukan perhitungan cadangan, klasifikasi ini menyangkut homogenitas endapan, penyebaran kadar dan bentuk geometrinya, dikategorikan menjadi :
1. Endapan Bahan Galian A / Simplex Geometri : Ekonomi bahan galian dengan koefisien variaasi yang rendah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu ;
- Simple Geometri – Simple grade Distribution (End. Batubara, besi, bauksit, nikel, tembaga),
– Simple Geometri – Complex Grade Distribution (Tembaga disseminated, emas stockwork).
– Simple Geometri – Complex Grade Distribution (Tembaga disseminated, emas stockwork).
2. Endapan Bahan Galian B (Complex Geometri – Simple Grade distribution) :
Endapan Bahan Galian dengan koefisien variasi rendah, misal ; endapan logam dasar, Ciri – cirinya :
– Kadar homogen,
– faktor geometri kompleks,
– kadar pada batas endapan sangat bervariasi,
– analisis variografi perlu dilakukan lebih rinci, sebelum dilanjutkan dgn perhitungan – perhitungan secara geostatik.
– Cadangan hasil perhitungan umumnya memberikan hasil yang berbeda setelah ditambang.
– interprestasi geologi sangat penting dalam penentuan batas cadangan.
– kadar yang tinggi perlu dikelola sendiri.
– Kadar homogen,
– faktor geometri kompleks,
– kadar pada batas endapan sangat bervariasi,
– analisis variografi perlu dilakukan lebih rinci, sebelum dilanjutkan dgn perhitungan – perhitungan secara geostatik.
– Cadangan hasil perhitungan umumnya memberikan hasil yang berbeda setelah ditambang.
– interprestasi geologi sangat penting dalam penentuan batas cadangan.
– kadar yang tinggi perlu dikelola sendiri.
3. Endapan Bahan Galian C (Complex Geometri – Complex grade Distribution ) :
Endapan Bahan Galian dgn koefisien variasi Tinggi. Ciri – cirinya :
– Bentuk geometri komplek,
– Kadar pada batas endapan sangat bervariasi,
– kadar pada tubuh bijihnya sendiri juga sangat bervariasi,
– Pengambilan contoh dan interprestasi geologi merupakan hal yang sangat penting.
– asumsi – asumsi subjektif dari geolog memegang peranan yang sangat penting,
– Umumnya metode perhitungan cadangan bijih klasik merupakan metode yang tepat.
– Mining faktor biasanya tidak memuaskan.
– Estimasi lokal umumnya merupakan persoalan, hal ini tergantung dari grid pengambilan contoh.
– Bentuk geometri komplek,
– Kadar pada batas endapan sangat bervariasi,
– kadar pada tubuh bijihnya sendiri juga sangat bervariasi,
– Pengambilan contoh dan interprestasi geologi merupakan hal yang sangat penting.
– asumsi – asumsi subjektif dari geolog memegang peranan yang sangat penting,
– Umumnya metode perhitungan cadangan bijih klasik merupakan metode yang tepat.
– Mining faktor biasanya tidak memuaskan.
– Estimasi lokal umumnya merupakan persoalan, hal ini tergantung dari grid pengambilan contoh.
Tahapan Pekerjaan Eksplorasi :
1. Tahap persiapan :
Meliputi :
a. Penentuan Tujuan yang perlu dicantumkan :
– Eksploprasi pendahuluan/detil,
– ekonomi bahan galian atau endapan Bijih.
– Eksploprasi pendahuluan/detil,
– ekonomi bahan galian atau endapan Bijih.
b. Meneliti literatur, meliputi :
– Pendataan citra yang tersedia, peta dasar, peta geologi, peta topografi, foto udara,
– analisis regional dalam bentuk sejarah, strukturdan morfologi.
– laporan Penyelidikan terdahulu, teori dan metoda – metoda lapangan yang ada,
– sosial budaya,
– hukum.
– Pendataan citra yang tersedia, peta dasar, peta geologi, peta topografi, foto udara,
– analisis regional dalam bentuk sejarah, strukturdan morfologi.
– laporan Penyelidikan terdahulu, teori dan metoda – metoda lapangan yang ada,
– sosial budaya,
– hukum.
c. Pemilihan metode : metode langsung dan tidak langsung:
langsung ;
– permukaan : pemetaan langsung, penyelidikan singkapan, penjajakan float, pembuatan parit uji, pembuatan sumur uji,
– Bawah tanah : Pemboran inti, adith test
– permukaan : pemetaan langsung, penyelidikan singkapan, penjajakan float, pembuatan parit uji, pembuatan sumur uji,
– Bawah tanah : Pemboran inti, adith test
tidak langsung :
– foto udara dan citra satelit, geofisika, geokimia
– foto udara dan citra satelit, geofisika, geokimia
d. Peralatan : pemilihan alat tergantung pd metode yang digunakan.
e. Anggota tim: Geologis, eksploler.
f. Biaya.
g. Waktu (kapan, dimana, bagaiman dll)
h. perbekalan : Peta dasar, alat ukur , surveying, alat tulus.
i. Jalur eksplorasi.
j. Perijinan.
e. Anggota tim: Geologis, eksploler.
f. Biaya.
g. Waktu (kapan, dimana, bagaiman dll)
h. perbekalan : Peta dasar, alat ukur , surveying, alat tulus.
i. Jalur eksplorasi.
j. Perijinan.
Adapun surat izin KP dirumuskan Sebagai berikut :
a. Surat Keputusan penugasan Pertambangan bentuk dari KP untuk Pemerintah,
b. Surat izin Pertambangan untuk rakyat bagi KP untuk KP rakyat,
c. Surat Keputusan Kuasa Pertambangan untuk KP kepada : Perusahaan negara, Perusda, Badan koperasi, perusahaan swasta, perorangan.
d. Izin Pertambangan Daerah bagi KP untuk bahan galian Golongan C.
a. Surat Keputusan penugasan Pertambangan bentuk dari KP untuk Pemerintah,
b. Surat izin Pertambangan untuk rakyat bagi KP untuk KP rakyat,
c. Surat Keputusan Kuasa Pertambangan untuk KP kepada : Perusahaan negara, Perusda, Badan koperasi, perusahaan swasta, perorangan.
d. Izin Pertambangan Daerah bagi KP untuk bahan galian Golongan C.
2. Tahap Kerja Lapangan : tahap pengukuran dan pengambilan data lapangan. meliputi :
a. Observasi lapangan : bertujuan untuk mendapatkan gambaran praktis mengenai kondisi dan keadaan lapangan.
b. Pemetaan : Pemetaan tidak mutlak dilaksanakan tetapi disesuaikan dengan tujuan kegiatan eksplorasi.
c. Pengambilan conto : conto disesuaikan dengan tujan eksplorasi.
d. pengambilan data geologi : didapatkan dari studi literatur.
a. Observasi lapangan : bertujuan untuk mendapatkan gambaran praktis mengenai kondisi dan keadaan lapangan.
b. Pemetaan : Pemetaan tidak mutlak dilaksanakan tetapi disesuaikan dengan tujuan kegiatan eksplorasi.
c. Pengambilan conto : conto disesuaikan dengan tujan eksplorasi.
d. pengambilan data geologi : didapatkan dari studi literatur.
3. Tahap Pengolahan Data : Data hasil pengukuran dapat segera dilakukan pengolahan di lapangan atau langsung dikirim kekantor. Macam – macam laboratorium yang digunakan adalah : laboratorium Krismin, petrologi, mekanika tanah, mekanika batuan, Pengolahan bahan galian, Kimia, Batubara, X-ray fluorescence, X-ray diffraction. Studio yang digunakan :
– Penginderaan jauh, pemetaan, geofisika.
– Penginderaan jauh, pemetaan, geofisika.
4. Tahap Pelaporan : Pembuatan laporan setelah pengolahan data dan analisis selesai dilaksanakan. tahap ini menurut surat keputusan Dirjen pertambangan umum no 667. K/201/040000/1986 tgl 11 november 1986 tentantg tata cara pengajuan dan penilaian permohonan KP/Perpanjangan KP :
- Kata Pengantar, Daftar isi, Daftar Tabel, Daftar gambar, Daftar Peta, Daftar Lampiran, Isi laporan,
- Bab I Pendahuluan (Maksud/tujuan penelitian, Anggota tim penyelidikan, jadwal penyelidikan, penyelidikan yang pernah dilakukan sebelumnya),
- Bab II Keadaan Umum Daerah Penyelidikan (Kesampaian dan sarana hubungan, masalah lingkungan daerah penyelidikan (Penduduk, iklim, topografi, vegetasi), Geologi)
- Bab III Kegiatan Penyelidikan : Cara Penyelidikan, Tahapan penyelidikan (Pemetaan, Pemboran/sumur uji, parit uji, Pengambilan contoh, analisa contoh Bab IV. Hasil Penyelidikan : Pengukuran, Pengeboran sederhana/sumur uji/parit uji, kadar kualitas dan penyebaran, Daerah prospek.
- Bab V. Kesimpulan dan saran : Keadaan geologi yang penting, Keadaan endapan Bahan galian, Daerah yang memiliki prospek.
Sedangkan bentuk kerangka eksplorasi Yaitu :
Sama diatas sampai Isi laporan :
- Bab I. Pendahuluan ; Maksud/ tujuan penyelidikan,
- Keadaan endapan dan lokasi daerah penyelidikan,
- penyelidikan yang perbnah dilakukan sebelumnya (yang melaksanakan waktu dan cara penyelidikan, Kesimpulan utama penyelidikan), Penyelidikan yang dilakukan kini, hal – hal yang dilakukan dalam laporan.
- Bab II Geografi dan Keadaan Geologi :
- Geografi daerah penyelidikan (Lokasi dan kesampaian daerah, keadaan daerah penyelidikan, morfologi daerah penyelidikan), Geologi daerah penyelidikan (Geologi umum, geologi lokal, keadaan endapan).
- Bab III Kegiatan Eksplorasi/ Penyelidikan : Metode Penyelidikan, Tahapan penyelidikan, Uraikan Pekerjaa (Pengukuran, pemetaan,Pemboran,Parit uji/sumur uji, Pengambilan contoh, analisa contoh.)
- Bab IV . Hasil Penyelidikan : Hasil Bor, Hasil pengukuran, hasil sumur uji/parit uji, kadar bahan galian dan penyebarannya, Perhitungan cadangan (dasar/cara perhitungan klasifikasi cadangan, besarnya cadanhgan).
- Bab. V. Kesimpulan dan Saran : Keadaan geologi yang penting, hasil penyelidikan, Kemungkinan penambangan dan pengembangan.
Daftar bacaan / Pustaka.
Penentuan Daerah Eksplorasi :
1. Petunjuk Regional : Meliputi :
A. Petunjuk Mineralogis : kesatuan kandungan mineral ukuran metallogenic province dari suatu distrik tertentu sampai daerah yang membentang dari ratusan sampai ribuan km, berdasarkan distribusi mineral yang ditemukan, tempat penemuan struktur, umur batuan dapat berupa jalur mineralisasi, meliputi :
- Jalur Nias : Dari asia, P. Simelue, P. Enggano dan selatan jawa Berumur kapur sampai tersier awal dengan kemungkinan endapan Mn.
– Jalur Bengkulu : Kepulauan Banyak, Selatan jawa, nusa tenggara, batuannya Volkanik dan pluto, berumur kapur sampai tersier akhir (bagian luar Fe, bagian tengah, au, Ag, dan Cu, bagian dalam Cu, Zn, Hg dan Mn.
– Jalur Barisan – Bobaris : Aceh, pegunungan bukit barisan,lampung, bobari.
– Jalur Bengkulu : Kepulauan Banyak, Selatan jawa, nusa tenggara, batuannya Volkanik dan pluto, berumur kapur sampai tersier akhir (bagian luar Fe, bagian tengah, au, Ag, dan Cu, bagian dalam Cu, Zn, Hg dan Mn.
– Jalur Barisan – Bobaris : Aceh, pegunungan bukit barisan,lampung, bobari.
B. kandungan mineralnya : Sumatra : as. Intermediet Ag, Au, Pb, Zn, Kalimantan Ultrabasa : AU, Ag. Pt.
- Jalur Bangka : Malaysia barat, Riau, pulau Lingga, singkep. Pulau banka, Pulau Belitung Batuannya berumur Paleozoikakir sampai mesozik awal Mineralnya Sn, Wo, Monasit dan Zircon.
– Jalur serawak – Sulu : Serawak Utara, tarakan, sabah, sampai Ke kepulauan Sulu Berumur kapur sampai tersier awal. Mineralnya Au, Ag, Hg dan Mn.
– Jalur Barat Sulawesi : Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Pualau Selayar, mineralisasi pada tersier awal sampai pliosin Mineral Au, Ag, U, Pb, Zn, Mc.
– Jalur Sulawesi tenggara : Kepulauan Talaud sampai Sulawesi Tenggara, Batuan Ultra basa Pada mezoik tengah Mineral Ni- Fe laterit, Cr dan mg.
– Jalur Waigeo : Halmahera Timur, Kepala Burung utara, sampai Irian bagian Utara, Batuan Ultrabasa, asam, intermediete terjadi pada tersier akhir
– Jalur serawak – Sulu : Serawak Utara, tarakan, sabah, sampai Ke kepulauan Sulu Berumur kapur sampai tersier awal. Mineralnya Au, Ag, Hg dan Mn.
– Jalur Barat Sulawesi : Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Pualau Selayar, mineralisasi pada tersier awal sampai pliosin Mineral Au, Ag, U, Pb, Zn, Mc.
– Jalur Sulawesi tenggara : Kepulauan Talaud sampai Sulawesi Tenggara, Batuan Ultra basa Pada mezoik tengah Mineral Ni- Fe laterit, Cr dan mg.
– Jalur Waigeo : Halmahera Timur, Kepala Burung utara, sampai Irian bagian Utara, Batuan Ultrabasa, asam, intermediete terjadi pada tersier akhir
C. Assosiasi mineralnya : Cr, Co, ni, Fe laterit Au.
– Jalur Timor : Berasal dari Endapan australia, pulau Timor Kala mezoik, asosiasi : Cu, Mn. j. Jalur Jaya Wijaya : Pegunungan Jaya Wijaya, Irian bagian Tengah.
– Jalur Sula : Kepulauan Sula, Banggai, Misool, australia utara Mineral Au dan mn.
– Metallogenic Province ; Kesatuan kandungan Mineral yang dicirikan dengan adanya komposisi mineral, bentuk dan intensitas mineralisasi (Petroscheck, 1965), Menurut Bateman (1950) : Satuan wilayah yang dicirikan dengan adanya mineralisasi yang relatif banyak dengan satu tipe yang dominan.
– Jalur Timor : Berasal dari Endapan australia, pulau Timor Kala mezoik, asosiasi : Cu, Mn. j. Jalur Jaya Wijaya : Pegunungan Jaya Wijaya, Irian bagian Tengah.
– Jalur Sula : Kepulauan Sula, Banggai, Misool, australia utara Mineral Au dan mn.
– Metallogenic Province ; Kesatuan kandungan Mineral yang dicirikan dengan adanya komposisi mineral, bentuk dan intensitas mineralisasi (Petroscheck, 1965), Menurut Bateman (1950) : Satuan wilayah yang dicirikan dengan adanya mineralisasi yang relatif banyak dengan satu tipe yang dominan.
2. Petunjuk Fisiografis : Menurut Westerveld (1949) Endapan Bahan Galian di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan teori orogen, tektonik, magnetik purba, jenis batuan : Indonesia dibagi menjadi 5 Orogen ;
– Orogen Malaya : Pulau di daerah timur Sumatra, dan Kalimantan barat yang berumur Yura bahan galian : timah putih, bauksit, emas, tembaga dan Mo.
– Orogen Sumatra : Pulau sumatra, kalimantan selatan bagian Timur yang berumur kapur bahan galian Fe, Zn, Cu Au, Ag, Intan dan Ni.
– Orogen Sunda : Pantai barat sumatra, jawa, Nusa tenggara, sulawesi dan sulawesi utara berumur miosen tengah batuannya Au, Ag dan mn.
– Orogen maluku : Bagian Barat sumatra, timor maluku, dan Sulawesi bagian Timur berumur pliosen Bahan galian Ni, Fe, cr dan Cu.
– Orogen Halmahera
– irian ; Halmahera dan Irian Batuannya : Au, Ni, Cu.
– Orogen Malaya : Pulau di daerah timur Sumatra, dan Kalimantan barat yang berumur Yura bahan galian : timah putih, bauksit, emas, tembaga dan Mo.
– Orogen Sumatra : Pulau sumatra, kalimantan selatan bagian Timur yang berumur kapur bahan galian Fe, Zn, Cu Au, Ag, Intan dan Ni.
– Orogen Sunda : Pantai barat sumatra, jawa, Nusa tenggara, sulawesi dan sulawesi utara berumur miosen tengah batuannya Au, Ag dan mn.
– Orogen maluku : Bagian Barat sumatra, timor maluku, dan Sulawesi bagian Timur berumur pliosen Bahan galian Ni, Fe, cr dan Cu.
– Orogen Halmahera
– irian ; Halmahera dan Irian Batuannya : Au, Ni, Cu.
3. Petunjuk Geomorfologi : Petunjuk berdasarkan kenampakan morfologi dan pola pengaliran :
– air terjun menunjukkan adanya batuan yang resisten atau sesar,
– Bukit memanjang menunjukkan adanya vein/urat,
– Dataran, Alluvial dan teras sungai menunjukkan endapan bijih placer,
– Tanggul pantai beraasosiasi dgn pasir besi,
– Bukit berbentuk kerucut menunjukkan batukapur.
– air terjun menunjukkan adanya batuan yang resisten atau sesar,
– Bukit memanjang menunjukkan adanya vein/urat,
– Dataran, Alluvial dan teras sungai menunjukkan endapan bijih placer,
– Tanggul pantai beraasosiasi dgn pasir besi,
– Bukit berbentuk kerucut menunjukkan batukapur.
4. Petunjuk litologi : Mengkaitkan hubungan antara jenis batuan dengan endapan mineral :
– Emas umumnya pada batuan ultrabasa,
– Batubara pd batuan sedimen klastik.
a. Batuan asam assosiasinya, mineral – mineral sulfida yang mengandung mineral logam – logam (Au, CU, Pb, Pb,Zn), mineral – mineral oksida : Timah (Sn 0, Mineral hidroksida : Alumunium (Al), Mineral radioaktif.
b. Batuan intermediate umumnya mengandung emas (Au), perak (ag)
c. batuan Basa dan ultra basa memberikan lingkungan pengendapan baik untuk intan, Nikel, kobal, platina.
d. Batuan Metamorf berasosiasi dgn Marmer, asbes dan batu permata.
e. Batuan Sedimen berasosiasi dengan karbonat gamping.
– Emas umumnya pada batuan ultrabasa,
– Batubara pd batuan sedimen klastik.
a. Batuan asam assosiasinya, mineral – mineral sulfida yang mengandung mineral logam – logam (Au, CU, Pb, Pb,Zn), mineral – mineral oksida : Timah (Sn 0, Mineral hidroksida : Alumunium (Al), Mineral radioaktif.
b. Batuan intermediate umumnya mengandung emas (Au), perak (ag)
c. batuan Basa dan ultra basa memberikan lingkungan pengendapan baik untuk intan, Nikel, kobal, platina.
d. Batuan Metamorf berasosiasi dgn Marmer, asbes dan batu permata.
e. Batuan Sedimen berasosiasi dengan karbonat gamping.
5. Petunjuk Stratigrafi : Petunjuk yang mengkaitkan formasi batuan yang mengan dung mineral.
6. Petunjuk struktur : Petunjuk yang mengkaitkan kontrol struktur geologi dgn terdapatnya mineral.
7. Petunjuk iklim dan Topografi
6. Petunjuk struktur : Petunjuk yang mengkaitkan kontrol struktur geologi dgn terdapatnya mineral.
7. Petunjuk iklim dan Topografi
Pembatasan daerah Eksplorasi Meliputi :
1. Prospeksi :Kreiter membagi 3 tahap : reconnaissance dengan menggunakan peta geologi skala 1 : 1000000 atau 1: 500000, tahap preliminary dengan skala 1 : 200000 atau 1 : 100000, tahap detailled skala 1 : 50000.
2. Eksplorasi Pendahuluan : peta yang digunakan skala 1 : 10000 atau 1 ; 5000, batas luasan yang ditentukan peta skala 1 : 10000 adalah berkisar antara 10 – 100 km, sedangkan luasan untuk peta skala 1 : 5000 adalah berkisar antara 5- 25 km
3. Eksplorasi detil : Pada Eksplorasi detil yang digunakan adalah skala 1 : 2000 atau peta skala 1 : 1000, batas luasan yang ditentukan utk peta skala 1 : 2000 adalah berkisar 1-3 km sedangkan batas luasan untuk peta skala 1 : 1000 adalah 1 km
4. Eksplorasi Lanjut : Peta yang digunakan adalah skala 1 : 200 atau peta skala 1 : 100, batasan luasan ini tidak ditentukan.
2. Eksplorasi Pendahuluan : peta yang digunakan skala 1 : 10000 atau 1 ; 5000, batas luasan yang ditentukan peta skala 1 : 10000 adalah berkisar antara 10 – 100 km, sedangkan luasan untuk peta skala 1 : 5000 adalah berkisar antara 5- 25 km
3. Eksplorasi detil : Pada Eksplorasi detil yang digunakan adalah skala 1 : 2000 atau peta skala 1 : 1000, batas luasan yang ditentukan utk peta skala 1 : 2000 adalah berkisar 1-3 km sedangkan batas luasan untuk peta skala 1 : 1000 adalah 1 km
4. Eksplorasi Lanjut : Peta yang digunakan adalah skala 1 : 200 atau peta skala 1 : 100, batasan luasan ini tidak ditentukan.
Pengambilan Conto merupakan Suatu proses pengambilan sejumlah kecil dari populasi (gas, cairan, padatan, tumbuhan) yang mewakili sifat fisik dan sifat kimia secara keseluruhan polasi tersebut.
Tujuan : Untuk menentukan ada atau tidaknya endapan bahan galian (Prospeksi) atau menentukan bentuk, kadar dan kedudukannya dipermukaan bumi(eksplorasi).
Komponen Utama menurut Spero Carras ada 4 yaitu :
- Komponen Statistik: Berhubungan Dgn angka dari suatu pengambilan conto dan individu massanya.
– Komponen Geologi : Berhubungan Dengan orientasi dan jumlah pengambilan conto.
– Komponen fisik, melibatkan 2 conto : proses fisik pada pengambilan conto, sifat fisik dari populasi yang diambil contonya.
– Komponen kimia : Berhubungan Dengan proses kimia pada pengujian akhir suatu conto.
– Komponen Geologi : Berhubungan Dengan orientasi dan jumlah pengambilan conto.
– Komponen fisik, melibatkan 2 conto : proses fisik pada pengambilan conto, sifat fisik dari populasi yang diambil contonya.
– Komponen kimia : Berhubungan Dengan proses kimia pada pengujian akhir suatu conto.
Metoda pengambilan conto :
1. Channel sampling : Cara konvensional yang dilakukan pd sumur uji, drits, cross cut, rise, shaft. pengambilan conto metoda ini membuat saluran selebar 75-100 mm dalamnya 12 mm memotong bijih atau batuan Samping, pengambilan conto yang ideal harus konstan panjangnya, lebarnya, dan kedalamanya, utk mengurangi kemungkinan tjd kesalahan dlm memperkirakan pengambilan conto.
2. Chip sampling : Proses pengambilan conto pada batuan, yang tersingkap, biasanya diterapkan pada penyelidikan dengan pola teratur dalam kemajuan penambangan.
3. Broken Ore sampling : Pengambilan conto pada sekumpulan batuan yang telah dipisahkan dari batuan Induknya, baik scr manual maupun scr mekanis.
4. Grab sampling : Seperti broken ore sampling tetapi dilakukan apabila broken ore telah diluar stope atau sudah diatas alat angkut.
5. Bulk sampling : Pengambilan conto dari conto yang sudah ada.
6. Core sampling dan Cutting : sangat penting dalam penyediaan conto untuk evaluasi dan kelengkapan data untuk memperluas cadangan bijih pada operasi tambang.
2. Chip sampling : Proses pengambilan conto pada batuan, yang tersingkap, biasanya diterapkan pada penyelidikan dengan pola teratur dalam kemajuan penambangan.
3. Broken Ore sampling : Pengambilan conto pada sekumpulan batuan yang telah dipisahkan dari batuan Induknya, baik scr manual maupun scr mekanis.
4. Grab sampling : Seperti broken ore sampling tetapi dilakukan apabila broken ore telah diluar stope atau sudah diatas alat angkut.
5. Bulk sampling : Pengambilan conto dari conto yang sudah ada.
6. Core sampling dan Cutting : sangat penting dalam penyediaan conto untuk evaluasi dan kelengkapan data untuk memperluas cadangan bijih pada operasi tambang.
Berdasar materi conto yang diambil maka pengambilan conto dapat dibagi ;
1. Rock sampling : Pengfambilan conto pada batuan dapat berupa singkapan dan badan bijih.
2. Soil Sampling : Pengambilan conto tanah menguntungkan pada daerah yang tidak terlihat adanya singkapan.
3. Stream sedimen Sampling : Aliran sedimen merupakan tempat pengendapat material.
4. Placer Sampling ; Pengambilan dengan peralatan auger drill, banka bor empire drill dan jet drill.
5. Water sampling : Dimungkinkan tidak stabil ditempat penampungan yang tidak terlalu lama.
6. Vegetasi sampling : Pengambilan conto hampir sama dengan conto tanah dan conto air.
7. Vapor sampling : efektif untuk pengambilan conto vapor mercury.
2. Soil Sampling : Pengambilan conto tanah menguntungkan pada daerah yang tidak terlihat adanya singkapan.
3. Stream sedimen Sampling : Aliran sedimen merupakan tempat pengendapat material.
4. Placer Sampling ; Pengambilan dengan peralatan auger drill, banka bor empire drill dan jet drill.
5. Water sampling : Dimungkinkan tidak stabil ditempat penampungan yang tidak terlalu lama.
6. Vegetasi sampling : Pengambilan conto hampir sama dengan conto tanah dan conto air.
7. Vapor sampling : efektif untuk pengambilan conto vapor mercury.
Berdasarkan standard Nasional Indonesia, dibagi ;
- Pengambilan conto dari aliran batubara,
– pengambilan conto batubara dari gerbong, conto batubara dari kapal laut,
– batubara dari tumpukan,
– pada permukaan kerja batubara.
– pengambilan conto batubara dari gerbong, conto batubara dari kapal laut,
– batubara dari tumpukan,
– pada permukaan kerja batubara.
Untuk Eksplorasi lanjut untuk Pengambilan conto di permukaan dapat dilakukan dgn 2 cara :
- Cara Pillar : Dilakukan menurut tahapan kerja sebagai berikut : mengambil conto blok batubara berbentuk 4 persegi panjang dengan lebar 30-45 cm dan luas 450 cm, diteruskan bidang perlapisan atas dan bawah , yang menandakan batas selang pengambilan conto, conto diambil secara berkesinambungan dari atap ke lantai.
– Cara strip / channel : menggali sebuah channel atau grove ke dalam permukaan batubara dengan luas paling sedikit 100 cm, kumpulan semua bongkaran hasil diatas lembaran plastik bersih kemudian mengambil batubara sebanyak 15 kg/m dari ketebalan batubara.
– Cara strip / channel : menggali sebuah channel atau grove ke dalam permukaan batubara dengan luas paling sedikit 100 cm, kumpulan semua bongkaran hasil diatas lembaran plastik bersih kemudian mengambil batubara sebanyak 15 kg/m dari ketebalan batubara.
Pola pengambilan conto : utk material lepas dan batuan :
– bujur sangkar,
– 4 persegi panjang,
– segitiga,
– Rhomboid.
– bujur sangkar,
– 4 persegi panjang,
– segitiga,
– Rhomboid.
Interprestasi menurut obyek yang di interprestasi dpt dibagi menjadi 3 :
- Interpretasi Analitik: dilakukan dgn 2 pedoman : Pedoman perubahan bertahap : dilakukan dgn prosedur matematik dan prosedur grafis, sama – sama menggunakan fungsi linear, secara numerik dianggap sama sepanjang garis lurus vyang menghubungkan 2 titik pengamatan, Pedoman titik terdekat : Nilai titik diantara 2 titik pengamatan dipertimbangkan tetap / sama dgn ttk didekatnya.
– Interpretasi Natural/Intrinsic : Interpretyasi yang dilakukan terhadap kriteria geologi, teknologi, maupun ekonomi,
– Interpretasi Empirik : Interpretasi yang berpedoman Pada hasil – hasil penelitian atau pengamatan sebelumya dan dianggap sama dengan lokasi yang diteliti.
– Interpretasi Natural/Intrinsic : Interpretyasi yang dilakukan terhadap kriteria geologi, teknologi, maupun ekonomi,
– Interpretasi Empirik : Interpretasi yang berpedoman Pada hasil – hasil penelitian atau pengamatan sebelumya dan dianggap sama dengan lokasi yang diteliti.
Peralatan Pengambilan Conto :
1. Rotary Drilling :
melibatkan semua metode pemboran dalam kegiatan pengambilan conto dengan menghindari pemukulan dan penghancuran, digunakan untuk material yang lunak sampai setengah kasar, termasuk :
melibatkan semua metode pemboran dalam kegiatan pengambilan conto dengan menghindari pemukulan dan penghancuran, digunakan untuk material yang lunak sampai setengah kasar, termasuk :
- Auger drilling : cocok utk kondisi lunak dan dangkal, memuaskan dalam kondisi kering dan tidak memuaskan untuk kondisi basah,
– Conventional auger Drilling : Biasanya dikaitkan dengan truk/traktor, kedalaman rata – rata dapat mencapai 50 m, conto dikeluarkan dalam auger fligh dan conicol mount yang berputar,
– Dry stick Auger Drilling : Variasi dari Convensional auger drilling, conto ditarik secara manual untuk memperkecil kontaminasi.
– Hallow auger Drilling : Bentuk khusus dari auger drilling, rongga auger membiarkan core barel masuk tepat melalui pusat auger yaitu sebagai tempat pengumpul conto.
– Conventional rotary drilling : Pengambilan conto untuk batuan keras misal : oksida dan sulfida.
– Conventional auger Drilling : Biasanya dikaitkan dengan truk/traktor, kedalaman rata – rata dapat mencapai 50 m, conto dikeluarkan dalam auger fligh dan conicol mount yang berputar,
– Dry stick Auger Drilling : Variasi dari Convensional auger drilling, conto ditarik secara manual untuk memperkecil kontaminasi.
– Hallow auger Drilling : Bentuk khusus dari auger drilling, rongga auger membiarkan core barel masuk tepat melalui pusat auger yaitu sebagai tempat pengumpul conto.
– Conventional rotary drilling : Pengambilan conto untuk batuan keras misal : oksida dan sulfida.
2. Bucket Drilling :
Bentuk perkembangan dari pemboran dalam rangka mengetes pondasi suatu gedung, aplikasi digunakan untuk pengambilan conto emas Alluvial.
Bentuk perkembangan dari pemboran dalam rangka mengetes pondasi suatu gedung, aplikasi digunakan untuk pengambilan conto emas Alluvial.
3. Churn Drilling :
Metode Pemboran yang dapat digunakan endapan Emas alluvial, menggunakan casing berdiameter 20 cm, core masuk dalam casing dengan alat pemecahnya chopping bit dan dimasukkan aliran air dengan pompa.
Metode Pemboran yang dapat digunakan endapan Emas alluvial, menggunakan casing berdiameter 20 cm, core masuk dalam casing dengan alat pemecahnya chopping bit dan dimasukkan aliran air dengan pompa.
4. Percussion Drilling :
Pengambilan conto dengan kedalaman berkisar 150 m, relatif murah tetapi tidak begitu teliti.
Pengambilan conto dengan kedalaman berkisar 150 m, relatif murah tetapi tidak begitu teliti.
5. Diamond (core) Drilling :
Pengambilan conto dalam bentuk pengambilan conto yang akurat.
Pengambilan conto dalam bentuk pengambilan conto yang akurat.
6. Vacuum Drilling :
Digunakan utk kedalaman sampai 50 m digunakan utk sistem dalam kondisi batuan yang relatif lunak.
Digunakan utk kedalaman sampai 50 m digunakan utk sistem dalam kondisi batuan yang relatif lunak.
7. Banka bor :
Untuk eksplorasi endapan Placer didunia.
Untuk eksplorasi endapan Placer didunia.
8. Jet Drilling :
Pemboran yang dilengkapi dengan chasing dan chisel pointed bit, memanfaatkan tenaga perbedaan muka air.
Pemboran yang dilengkapi dengan chasing dan chisel pointed bit, memanfaatkan tenaga perbedaan muka air.
Penyimpangan dlm pengambilan conto :
- Pengambilan conto lebih dari 1 orang / lebih dari 1 prosedur,
– Penggaraman conto yang terjadi karena sisa pewngambilan conto pada peralatan tidak dibersihkan terlebih dahulu,
– Percampuran conto untuk kadar tinggi dan rendah yang seharuisnya dipisahkan menjadi 2 buah conto,
– Kecendereungan mendapatkan lokasi berkadar tinggi,
– Kecenderungan menggunakan metodemudah dan murah.
– kelemahan dari material yang diambil.
– Penggaraman conto yang terjadi karena sisa pewngambilan conto pada peralatan tidak dibersihkan terlebih dahulu,
– Percampuran conto untuk kadar tinggi dan rendah yang seharuisnya dipisahkan menjadi 2 buah conto,
– Kecendereungan mendapatkan lokasi berkadar tinggi,
– Kecenderungan menggunakan metodemudah dan murah.
– kelemahan dari material yang diambil.
Preparasi Conto adalah suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperkecil berat dan ukuran conto yang dapat mewakili seluruh material conto yang diambil.
Pengambilan Conto Pada Material Lepas —-> Preparasi I (Cone and Quatering) —-> Kantong Conto —-> Preparasi II (Crushing and Grimding) —-> Screen —-> Splitter—-> (Uji Laboratorium 1,2,3) —-> Diagram alir preparasi conto
Tahap Preparasi Conto Batubara :
1. Pengeringan conto dilakukan untuk meyakinkan bahwa terhadap conto tersebut dapat dilakukan penggerusan dan pembagian conto dengan memakai peralatan tertentu tanpa kehilangan berat atau terkotori;
2. Pengecilan ukuran butir dilakukan dengan cara pemecahan bongkahan batubara sampai ukuran tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut;
3. Pengadukan conto dilakukan dengan cara mengaduk conto dengan peralatan tertentu untuk mendapatkan conto yang homogen;
4. Pembagian conto dilakukan dengan cara mengurangi berat conto dengan alat pembagi conto (riffle) tanpa merubah ukuran butiran, sehingga diperoleh conto yang mewakili seluruh conto asal.
2. Pengecilan ukuran butir dilakukan dengan cara pemecahan bongkahan batubara sampai ukuran tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut;
3. Pengadukan conto dilakukan dengan cara mengaduk conto dengan peralatan tertentu untuk mendapatkan conto yang homogen;
4. Pembagian conto dilakukan dengan cara mengurangi berat conto dengan alat pembagi conto (riffle) tanpa merubah ukuran butiran, sehingga diperoleh conto yang mewakili seluruh conto asal.
Penanganan bahan galian dilaboratorium kristal dan mineral meliputi pengamatan sbb :
Bentuk : Mineral mempunyai bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang datar berdasarkan hukum tertentu dan tetap; Kategori bentuk kristal berdasarkan porosnya :
1. Sistem reguler (tiga poros sama panjang dan saling tegak lurus),
2. Sistem tetragonal (tiga poros saling tegak lurus dan dua diantaranya sama panjang),
3. Sistem rombus (tiga poros saling tregak lurus tetapi tidak sama panjang),
4. Sistem monoklin (tiga poros tidak sama panjang, satu poros tegak lurus terhadap dua poros lainnya yang saling menyudut),
5. Sistem triklin (tiga poros berbeda panjangnya dan ketiganya saling membentuk sudut miring),
6. Sitem heksagonal (Mempunyai 6 poros 3 diantaranya membentuk sudut 60 yang sama panjang dan tegak lurus terhadap satu poros lainnya yang dapat lebih panjang/pendek)
2. Sistem tetragonal (tiga poros saling tegak lurus dan dua diantaranya sama panjang),
3. Sistem rombus (tiga poros saling tregak lurus tetapi tidak sama panjang),
4. Sistem monoklin (tiga poros tidak sama panjang, satu poros tegak lurus terhadap dua poros lainnya yang saling menyudut),
5. Sistem triklin (tiga poros berbeda panjangnya dan ketiganya saling membentuk sudut miring),
6. Sitem heksagonal (Mempunyai 6 poros 3 diantaranya membentuk sudut 60 yang sama panjang dan tegak lurus terhadap satu poros lainnya yang dapat lebih panjang/pendek)
Warna : Berdasarkan warna yang nampak
Kilap : Berdasarkan kilapnya mineral dabagi menjadi 2 ; kilap logam dan bukan logam
Cerat (streak) : Didasarkan pada warna goresan pada porselin
Belahan, Pecahan, Kekerasan, Berat jenis, Daya tahan terhadap pukulan
Kilap : Berdasarkan kilapnya mineral dabagi menjadi 2 ; kilap logam dan bukan logam
Cerat (streak) : Didasarkan pada warna goresan pada porselin
Belahan, Pecahan, Kekerasan, Berat jenis, Daya tahan terhadap pukulan
Pada laboratorium Petrologi : Bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup batuan asal endapan bahan galian tertsebut sekaligus dapat mengungkapkan tabir tentang Genesa Bahan Galian. Pengamatan conto secara kristal optik dapat menentukan : indeks bias kristal, sudut pemadaman, warna interferesi, orientasi kristl dan tanda optik kristal, ortientsi mineral, sumbu optik kristal.
Pada laboratorium mekanika tanah ; Pengujian conto yang dilakukan adalah :
1. Kadar air (%) (merupaskan perbandingasn antara berat air yang terkandung dalam tanah dg berat kering tanah),
2. Berat jenis tanah (Perbandingan antara berat butir-butir dengan berat air destilasi di udara dg volume yang sama dan temperatur tertentu),
3. Batas cair tanah (Kadar air tanah tersebut pada keadaan batas peralihan antara cair dan keadaan plastis tanah),
4. Batas plastis dan index plastisitas (Kadaer air minimum (%) bagi tanah tersebut yang masih dalam keadaan plastis).
5. Batas susut (kadar air max dari pengurangan kadar air yang tidak menyebabkan berkurangnya volume tanah).
6. Distribusi ukuran butir tanah (pengertian tanah yang tidak mengendung butir apabila tertahan saringan no. 10).
7. Pemadatan tanah (Hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah apabila didapatkan dengan tenaga pemedatan tertentu),
8. Penilaian CBR,
9. Kecepatan konsolidasi (besarnya penurunan tanah apabila tanah mendapatkan beban),
10. Kuat tekan-bebas tanah kohesif,
11. Geser langsung,
12. Triaxsial (Penentuan parameter geser tanah dengan alat triaxsial pada kondisi consolidated-undraided tanpa pembacan pengukuran tekanan pori,
13. Kepadatan tanah lapang,
14. Geser putar “undrained”,
15. Koefisien permeabilitas.
2. Berat jenis tanah (Perbandingan antara berat butir-butir dengan berat air destilasi di udara dg volume yang sama dan temperatur tertentu),
3. Batas cair tanah (Kadar air tanah tersebut pada keadaan batas peralihan antara cair dan keadaan plastis tanah),
4. Batas plastis dan index plastisitas (Kadaer air minimum (%) bagi tanah tersebut yang masih dalam keadaan plastis).
5. Batas susut (kadar air max dari pengurangan kadar air yang tidak menyebabkan berkurangnya volume tanah).
6. Distribusi ukuran butir tanah (pengertian tanah yang tidak mengendung butir apabila tertahan saringan no. 10).
7. Pemadatan tanah (Hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah apabila didapatkan dengan tenaga pemedatan tertentu),
8. Penilaian CBR,
9. Kecepatan konsolidasi (besarnya penurunan tanah apabila tanah mendapatkan beban),
10. Kuat tekan-bebas tanah kohesif,
11. Geser langsung,
12. Triaxsial (Penentuan parameter geser tanah dengan alat triaxsial pada kondisi consolidated-undraided tanpa pembacan pengukuran tekanan pori,
13. Kepadatan tanah lapang,
14. Geser putar “undrained”,
15. Koefisien permeabilitas.
Pada laboratorium mekanika batuan : uji sifaty fisik batuan, uji kuat tekan uniaxsial, uji triaksial, uji geser langsung, uji keceptan rambat gelombang ultrasonik, uji kuat tarik tidak langsung, uji schimidt hammer, uji beban titik.
Pada Laboratorium pengolahan bahan galian :
1. Cuminution dan sizing, dengan tahap :
a. Tahap primary crusing, alat jaw crusher dan gyratory crusher;
b. Tahap secondary crushing, alat sama dengan diatas, disk crusher, hammer mill, roll crusher;
c. Tahap fine crushing,
a. Tahap primary crusing, alat jaw crusher dan gyratory crusher;
b. Tahap secondary crushing, alat sama dengan diatas, disk crusher, hammer mill, roll crusher;
c. Tahap fine crushing,
2. Faktor konkresi,
3. Derajat kemagnetan (perbandingan antara material yang tertarik magnet dengan jumlah material keseluruhan dalam %)
Hal yang diperhatikan dalam comminution:
Umpan terbesar; Nip angle (sudut efektif yang dapat menjepit umpan); Reduction ratio (perbandingan umpan dan produk); derajat liberasi (prosentase terpisahnya butir mineral terhadap butir mineral keseluruhannya)
Pada Laboratorium kimia :
1. Metode volumetri (menggunaskan zat tertentu);
2. Metode gravimetri (mengendapkan zat yang telah diketahui kemudian menetapkan kadarnya dengan cara menimbang); 3. Metode kompleksometri (menggunakan EDTA dengan membandingkan dengan kurva standar);
4. Metode Spektofotometri (menentukan panjang gelombang maximal serapan komplek dengan alat spektronik);
5. Metode X-ray.
2. Metode gravimetri (mengendapkan zat yang telah diketahui kemudian menetapkan kadarnya dengan cara menimbang); 3. Metode kompleksometri (menggunakan EDTA dengan membandingkan dengan kurva standar);
4. Metode Spektofotometri (menentukan panjang gelombang maximal serapan komplek dengan alat spektronik);
5. Metode X-ray.
Perataan kadar dapat dibagi menjadi 3 :
1. Satu dimensi (pada sumur uji, conto inti bor, conto sayatan yang diambil pada terowongan dan conto cuting pemboran);
2. Dua dimensi;
3. Tiga dimensi;
4. Berat;
5. Core dan sludge.
2. Dua dimensi;
3. Tiga dimensi;
4. Berat;
5. Core dan sludge.
Pengenalan obyek foto udara dan citra satelit dapat dilakukan melalui unsur-unsur interprestasi :
1. Rona dan warna,
2. Textur,
3. Pola,
4. Bentuk,
5. Ukuran,
6. Bayangan,
7. Hubungan dengan keadaan sekitarnya.
2. Textur,
3. Pola,
4. Bentuk,
5. Ukuran,
6. Bayangan,
7. Hubungan dengan keadaan sekitarnya.
Pengukuran:
1. Skala citra (membandingkan jarak fokus terhadap ketinggian terbang. skala = f/H; f= fokus, H = tinggi terbang. Cara lain membandingkan jarak pada citra dan jarak sebenarnya di lapangan. Skala = d/D),
2. Pengukuran beda tinggi (menggunakan paralaks Bar, dh = (dp . H) /( b + dp) ; b = (d1 + b2)/2, keterangan : dh= beda tinggi, h = tinggi terbang, dp= beda paralaks A dan B, b= jarak titik pusat sebenarnya dengan titik pindahan).
2. Pengukuran beda tinggi (menggunakan paralaks Bar, dh = (dp . H) /( b + dp) ; b = (d1 + b2)/2, keterangan : dh= beda tinggi, h = tinggi terbang, dp= beda paralaks A dan B, b= jarak titik pusat sebenarnya dengan titik pindahan).
Penentuan luas dan volume ; Pengukuran luas dan penyebaran Ekonomi Bahan Galian dapat dihitung diatas lembar citra : Metode persegi empat, Metode segitiga, Metode strip, Metode planimetri.
Itulah pembahasan mengenai Teknik Eksplorasi Tambang, mudah-mudahan miner dan geologist bisa memahami dan mengembangkan sendiri mengenai Teknik Eksplorasi Tambang.
0 komentar:
Post a Comment